KULIAH KERJA LAPANGAN PROGRAM STUDI FOTOGRAFI “MENGGALI KREATIVITAS FOTOGRAFI DI JOGJAKARTA” (8 – 12 April 2016).
Perkembangan seni di Indonesia, khususnya seni rupa, sudah dapat ditengarai sejak jaman permulaan kebudayaan, yang disebut seni primitive, sampai dengan seni kontemporer pada jaman sekarang. Seni rupa di Indonesia, begitu pula di dunia, tidak hanya merupakan suatu ungkapan atau ekspresi, namun juga sudah menjadi suatu komoditi yang potensial. Yogyakarta sebagai kota yang mempunyai predikat kota seni dan budaya mempunyai aktivitas seni rupa yang tinggi.
Sebagai kota yang merupakan tujuan wisata budaya terbesar kedua setelah Bali, Yogya mempunyai kuantitas kunjungan wisata yang relatif besar, baik dari wisatawan manca negara maupun wisatawan lokal. Pada saat ini terdapat fenomena yang sangat menarik dan menguntungkan bagi perkembangan seni rupa di Yogyakarta, yaitu fenomena banyak aktivitas/pameran seni rupa yang dilaksanakan di tempat peninggalan sejarah (benteng). Banyak pula seniman yang memamerkan hasil karyanya di jalanan dan ruang publik kota. Hal ini tentunya akan memacu dan menularkan kreatifitas bagi sesama seniman maupun bagi masyarakat biasa yang tidak mendalami seni rupa.
Hal ini juga yang menjadi bahan pertimbangan kami dari Prodi Fotografi FSRD untuk mengadakan KKL dan kegiatan workshop di kotanya para seniman. Kami mengunjungi beberapa objek di kota Yogyakarta dan sekitarnya. Pada hari pertama kami hunting foto di Putuk Setumbu, dengan objek foto sunrise dengan siluet Candi Borobudur. Hunting foto juga dilakukan di kawasan Candi Borobudur, dengan mengabadikan relief-relief yang terdapat di Candi Borobudur. Selain itu peserta KKL juga melakukan hunting human interest di sekitar kawasan Candi Borobudur.
Gambar 1.
Peserta KKL sedang hunting mata hari terbit di Punthuk Setumbu.
Gambar 2.
Peserta KKL dan para dosen pembimbing dengan latar belakang
objek foto Candi Borobudur.
Perjalanan dilanjutkan menuju lava tour di daerah Merapi. Menggunakan jeep Willys, peserta KKL diajak menyusuri lereng Merapi, mulai dari Kaliurang, Kinahrejo, Kalikuning, hingga bunker Kaliadem.
Gambar 3.
Perjalanan menuju Lava Tour dan suasana pemotretan oleh peserta KKL dengan
objek sisa-sisa erupsi merapi di gue jepang.
Pada hari kedua, kami mengunjungi pusat pembuatan gong manual di desa Wirun, Surakarta. Mereka menempa gong secara manual dengan peralatan sederhana dan proses pembakaran yang sederhana pula. Ritual pembuatan gong seperti ini menjadi semakin langka hari-hari ini karena harga yang mahal untuk pembuatan gong secara manual.
Gambar 4.
Suasana pemotretan pada proses pembuatan gong secara manual di Desa Wirun.
Dilanjutkan dengan melakukan kunjungan ke ISI Surakarta. Kunjungan kita ke ISI Surakarta adalah untuk melakukan kerjasama (MOA) antara Program Studi Fotografi Universitas Trisakti dengan Program Studi Fotografi ISI Surakarta. Kerjasama antara kedua instansi diawali dengan melakukan workshop bersama dengan tema Fashion Underwater Photography. Peserta KKL mengikuti pembekalan tentang teknik-teknik menyelam dan melakukan pemotretan fashion underwater photography yang disampaikan oleh dosen ISI Surakarta yaitu Bapak Agus Heru Setiawan, S.Sn, M.A.
Setelah mengikuti pembekalan materi tentang fashion underwater photography di ISI Surakarta, peserta KKL melanjutkan perjalanan di lokasi pemotretan yaitu di Umbil Ponggok Klaten, yang merupakan salah satu tempat wisata di Klaten Jawa Tengah.
Gambar 5.
Suasana proses workshop pemotretan underwater Hasil workshop pemotretan model didalam air.
Pada hari ketiga peserta KKL mengadakan kunjungan ke ISI Jogjakarta. Kunjungan kita ke ISI Jogjakarta adalah untuk melakukan kerjasama (MOA) antara Program Studi Fotografi Universitas Trisakti dengan Program Studi Fotografi ISI Jogjakrata. Kerjasama antara kedua instansi diawali dengan melakukan workshop bersama dengan tema Fashion photography yang akan disampaikan oleh Bapak Fajar Arianto, S.Sn, M.Sn selaku pemateri dan dosen dari ISI Jogjakarta dan workshop Portrait Photography yang akan disampaikan oleh Bapak Pongky Adhi Purnama, BFA, M.Sn.
Gambar 6.
Ceramah dari Fajar Aprianti, M.Sn, dosen fotografi ISI Yogyakarta mengenai foto fesyen dan ceramah dari Pongky Adhi Purnama, BFA, M.Sn, dosen fotografi Trisakti mengenai foto Potrait.
Hutan Pinus Mangunan juga menawarkan view yang cantik untuk diabadikan dalam jepretan kamera, tak heran jika akhirnya Hutan Pinus Mangunan menjadi salah satu spot hunting foto favorit.
Gambar 7.
Mahasiswa sedang mempraktekan hasil ceramah foto fesyen.
Gambar 8.
Hasil workshop foto fesyen.
Selanjutnya workshop dilanjutkan di kawasan gumuk pasir di kawasan pantai parangkusumo. Di lokasi inilah workshop yang ketiga diadakan. Workshop ini disampaikan oleh Bapak Pongky Adhi Purnama, BFA, M.Sn sebagai pemateri. Adapun tema workshop adalah portrait photography. Workshop portrait ini menggunakan teknik mix lighting dengan menggunakan pendekatan seorang fotografer dunia yaitu Annie Leibovitz.
Gambar 9.
Hasil workshop foto potrait.
Setelah melakukan workshop portrait peserta KKL melanjutkan perjalanan ke Mes 56. Ruang MES 56 dapat dikatakan sebagai sebuah tempat seni dan budaya. Hal tersebut dikarenakan selain sebagai galeri ruang seni untuk pameran atau exhibition, MES56 juga sering digunakan untuk tempat berkumpul oleh para pecinta seni. Awal berdirinya mes 56 adalah berupa komunitas yang anggotanya mahasiswa Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta yang pertama yaitu tahun 1994.
Gambar 10.
Diskusi dan mendengarkan presentasi karya dari seniman residensi di MES 56.
Pada hari terakhir perjalanan dilanjutkan ke daerah kerajinan perak yaitu di daerah kota gede. Hunting pertama dilakukan di pusat perak dyaitu HS Silver.
Gambar 11.
Peserta KKL mengeunjungi tempat pembuatan perak di Kota Gede dan
hunting foto arsitektur dan interior di Kota Gede.